Muhammad : Para Pengeja Hujan - Tasaro GK
Muhammad : Para Pengeja Hujan
Masih mengambil seting yang sama, Persia, Jazirah Arab dan Tibet, Buku kedua ini masih menceritakan tokoh yang sama, Rasulullah SAW dan Kashva sang Pemindai Surga. Dalam buku ke dua ini, kita diajak memutar waktu kembali ke masa sebelum Rasulullah lahir di mana sang Kakek, Abdul Muthalib dengan mantapnya menjawab pertanyaan Abrahah, Allah yang akan menjaga Kabah. lalu berlanjut saat Muhammad kecil menjalani masa kanak-kanaknya dengan saudara-saudara sepersusuannya Syaimah dan Abdullah di desa Baduwi. Seusai perang Hunain, di tengah kecemburuan para sahabat Muhajirin dan Anshar tentang pembagian ghanimah dengan para mualaf, Rasulullah meredakan kegelisahan dengan kata-katanya yang menyejukan, "Apakah kalian tidak bahagia, wahai kaum Anshar? Orang lain membawa domba dan unta, sementara kalian membawa Rasulullah ke rumah kalian?"
Selanjutnya bab sirah dalam buku ini menghadirkan lebih banyak tokoh sahabat yang sebelumnya belum hadir di buku pertama. Saat-saat terakhir Rasulullah hingga sepeninggal beliau menghadirkan banyak konflik di antara mereka, seperti yang tercermin dalam judul bukunya: Para Pengeja Hujan. Kenapa judul buku kedua ini begitu? Setelah membaca buku ini, kita akan memahaminya.
Beralih ke Persia, di sana pergantian penguasa terjadi dengan cepat tanpa pernah diduga. Intrik diantara sesama penerus dinasti Khosrou semakin menarik dengan kehadiran seorang jenderal cantik dan cerdas pemimpin Pasukan Atanatoi - Pemimpin pasukan immortal- dengan 10 tentara pengawal raja yang tidak pernah berkurang jumlahnya. Sementara itu gagal menemukan keberadaan Xerxes dan Mashya di Tibet, Kashva kembali lagi ke Persia. Tiba di tanah airnya, Kashva menemukan arsitek bangunan di kota yang persis dengan hasil rancangan yang pernah ia konsep ketika tinggal di kuil Sistan. Di tengah penasarannya itu, Kashva jatuh dalam jebakan mata-mata kerajaan hingga ia harus kehilangan kota kayu yang selalu dibawanya dan menemukan satu kenyataan yang berat diterimanya.
Kenyataan apakah itu? Lalu bagaimana nasib Xerxes dan Mashya? Siapakah Jenderal cantik dan cerdas itu? Lalu siapakah yang merancang arsitektur kota yang persis dengan konsep buatannya? Jawabannya ada di buku kedua dari Trilogi Muhammad ini.
Pesona Persia yang eksotis dan heroiknya perjuangan para sahabat Rasulullah mengibarkan panji kemuliaan Islam, menyebarkan agama islam dan menundukkan dua raksasa perang pada masa itu - Romawi dan Persia - akan membuat kita para pembaca serasa bertualang di dalamnya. Masih dengan gaya tutur orang kedua saat mengisahkan Muhammad SAW dengan ungkapan-ungkapan puitis di dalamnya menjadikan buku setebal 678 halaman ini terasa cepat dibuka lembar demi lembarnya.
Membaca buku ini seperti membaca narasi dari film TROY, Kingdom of Heaven, dan The Messsage dalam sebuah novel. Sayang sekali dalam kisah menit-menit terakhir menjelang wafat Rasulullah di mana saat berdialog dengan Jibril tentang nasib umatnya tidak diceritakan disini. Selain itu tebal buku sebanyak 678 halaman lebih mungkin memberi kesan menjenuhkan bagi mereka yang tidak terbiasa membaca buku.
Buku ini sangat disarankan untuk dibaca oleh siapa saja. Remaja, dewasa, pria atau wanita yang ingin lebih mengenal lebih dekat kehidupan Rasulullah dari dekat. Banyak sisi kehidupannya yang belum kita ketahui terbuka di sini. Mengutip ungkapan seorang teman, karakter khas orang Indonesia yang cenderung menyukai buku gaya tutur bercerita, membaca sejarah Rasulullah akan terasa lebih mudah dicerna.
Baca juga :
Setelah membaca buku ini semoga kita tidak hanya dibuat terpesona dengan kisah dan qoutes-qoutes bagus di dalamnya, tapi juga kita semakin bersemangat mencontoh teladan akhlak mulia Nabi Muhammad SAW. Mencoba lebih mencintainya diawali dengan membaca sirahnya, salah satunya ya buku ini. Selamat Membaca :).
(catatan-efi)
Komentar