Muhammad : Sang Pewaris Hujan - Tasaro GK

Muhammad : Sang Pewaris Hujan




PEI Muhammad Sang Pewaris Hujan
Judul Buku            :         Muhammad Sang Pewaris Hujan
Penulis                   :         Tasaro GK
Tahun                     :         2015
Penerbit                 :         Bentang
Jumlah Halaman :         VIII + 581
ISBN                        : 978-620-291-135-7

  
Muhammad Sang Pewaris hujan adalah novel ketiga dari novel biografi Nabi Muhammad SAW. Diungkapkan Tasaro bahwa istilah “hujan” pada setiap judul novel biografi ini adalah kiasan untuk “wahyu”. Novel pertama “Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan”, mengisahkan jazirah Arab sebelum dan sesudah kelahiran Muhammad sampai dengan masa kerasulannya Muhammad. Novel kedua “Muhammad Para Pengeja Hujan” berdasarkan waktu, kisah pada masa akhir kehidupan Nabi Muhammad sampai dengan wafatnya sang manusia pilihan hingga khalifah Abu Bakar Ash Shidiq. Sedangakan angle cerita terletak pada usaha para sahabat Rasul untuk “mengeja” wahyu yang disampaikan melalui Nabi Muhammad. Terakhir novel ketiga ini, berdasarkan waktu telah masuk ke masa Khalifah ar Rasyidin yang kedua, Umar Ibn Khattab sampai dengan Utsman Ibn Affan. Sedangkan berdasarkan sudut pandang penceritaan, bagaimana para sahabat menjaga warisan nabi berupa wahyu yang telah beliau ajarkan. Oleh sebab itu judul novel ketiga ini adalah Sang Pewaris Hujan. 
Seperti pada dua novel terdahulunya, sang penulis membagi novel ini menjadi dua bagian yaitu: bagian pertama adalah tarikh Islam (sejarah Islam), sedangkan bagian kedua adalah cerita fiksi seorang bernama Kashva penganut ajaran Zardush yang berkeliling dunia untuk menemukan kebenaran tentang ramalan dari banyak agama akan datangnya sang Nabi terakhir. Pada bagian fiksi ini banyak tokoh yang muncul mengiringi sang tokoh utama yang bernama Kashva, yakni Astu (teman diskusi sekaligus wanita yang sangat dicintai Kashva), Elyas (sahabat pena Kashva), Parkhida (suami Astu), dan kemudian berkembang ke banyak tokoh-tokoh fiksi lain yang saling berhubungan dan menciptakan teka-teki yang mendebarkan di sepanjang kisah.
 Pada novel ketiga Muhammad ini, Sejarah Islam telah sampai pada penyebaran Islam ke luar jazirah Arab, diantaranya Mesir. Tosaro menggambarkan dengan indahnya setiap perjalanan pasukan Muslim dalam misi mensyi’arkan ajaran Islam ke wilayah-wilayah yang jauh dari pusat pemerintahan di Madinah. Dengan pendakatan humanis dalam menggambarkan sejarah Islam, novel ini mampu menunjukan dengan fasih bahwa alasan “penaklukan” wilayah oleh pasukan Muslim semata-mata bukan karena nafsu berkuasa. Tetapi juga atas permintaan dari penduduk daerah taklukan yang telah lama dizholimi oleh penguasa yang ada. Bahkan saat penaklukan terjadi, pasukan Muslim mendapatkan bantuan dari penduduk daerah tersebut. Maka muncul dua term yang akan membuat pembaca merenung setelah membaca sejarah Islam melalui novel ini, apakah lebih tepat “penaklukan” atau “pembebasan” yang dilakukan oleh para pasukan muslim? Di lain sisi, pendekatan humanis di novel ini mampu mendeskripsikan alasan di balik sikap para tokoh Islam dalam bertindak. Tasaro mampu mengajak pembaca, untuk berkenalan lebih dekat dengan para Sahabat Rasul.
Angle lain yang sangat jelas diangkat Tasaro dari rangkaian penaklukan atau pembebasan yang dilakukan oleh umat muslim bukan pada kehebatan sang panglima atau taktik perang yang jitu, melainkan bagaimana penaklukan yang beradab. Bahwa Islam mengajarkan nilai-nilai yang luhur. Saat berperang tidak diperkenakan membunuh para wanita, anak-anak, orang tua, tabib, pemuka agama, penduduk yang tidak ikut berperang, tidak menebang pohon, merusak rumah ibadah manapun. Pasca perangpun tidak diperkenankan mengusik ibadah pemeluk agama lain serta melindungi mereka dari gangguan pihak lain. Saya rasa pelajaran Sejarah Islam di sekolah perlu membidik angle ini dalam materi perang. Bukan hanya menghapal jumlah pasukan atau tahun perang.
Telah diungkapkan sebelumnya, bahwa novel ini terdiri dari dua cerita. Pertama adalah sejarah yang benar-benar ada dan kedua adalah fiksi. Menjadi cukup riskan ketika tokoh yang benar-benar ada bertemu dan berinteraksi pada sebuah alur cerita. Pada dua novel Muhammad sebelumnya, tokoh nyata dan fiksi belum saling berinteraksi namun pada novel ketiga kedua tokoh yang berbeda “dunia” tersebut saling berinteraksi. Sangat mendebarkan ketika tokoh Kashva ikut dalam peperangan yang dipimpin oleh Amr bin Ash, Kashva adu syair dengan Hurmudazan di sebuah pasar kota Madina. Ada juga tokoh Astu yang bertemu dengan Abu Lu’luah, Vaskhur bertarung dengan Ubaidillah bin Umar untuk melindungi Zahra dan beberapa bagian fiksi lain yang berinteraksi dengan bagian nyata. Menjadi riskan karena bagi yang tidak menguasai sejarah bisa saja mengira alur fiksi adalah nyata, atau sebaliknya kisah atau tokoh nyata adalah fiksi. Bisa jadi juga ditempat ketiga bahwa semua alur adalah fiksi atau semuanya adalah nyata.  Sisi positifnya, pembaca akan penasaran untuk setidaknya berkeinginan untuk mengetahui sejarah yang sebenarnya. Saran saya ketika membacanya sering-seringlah bertanya setidaknya pada “google” untuk membedakan kisah fiksi atau nyatanya agar tidak terjebak pada ketiga kategori yang saya ungkapkan sebelumnya.

Baca juga :

Ending novel ini bisa menyenangkan atau tidak tergantung dari sudut pandang pembaca. Tidak menyenangkan, karena cerita Kashva masih menggantung dan belum menemukan kejelasan bagaimana hubungan Kahva-Elyas dan Kahva-Astu. Menyenangkan, karena dengan ending yang menggantung kemungkinan besar akan ada lanjutan dari novel ini. Menjadi semakin membahagiakan karena telah dikonfirmasi oleh Tasaro akan ada buku keempat bertajuk penggema hujan. Jadi, Selamat Membaca.       

Sumber : gitapahlevi



Komentar

Popular Post

Dunia Kafka karya Haruki Murakami

A Man Called Ove - Fredrik Beckman

Nagasasra dan Sabuk Inten - SH Mintardja