Anna Karenina 1 - Leo Tolstoy
Anna Karenina 1
Review
Singkatnya, buku ini menceritakan tentang Anna dan Konstantin, meskipun bisa dikatakan jalan hidup keduanya hampir tidak berhubungan. Satu-satunya interaksi Anna dan Levin yang kuingat adalah ketika Levin menemani kakak iparnya, Stiva Oblonskii mengunjungi adiknya, Anna di bagian kedelapan. Anna dan Levin adalah dua pribadi yang sangat bertolak belakang. Anna merupakan perempuan berkepribadian menarik, populer di kalangan bangsawan, dan bersuamikan pria yang jauh lebih tua. Sementara itu, Levin adalah lajang idealis dan kaku yang lebih suka berada di luar lingkup pergaulan ningrat Rusia.
Dalam perkembangan cerita, Anna berselingkuh dengan Aleksei Vronskii, bangsawan muda yang berkepribadian menarik mirip dirinya. Akibat keseriusan hubungannya dengan Vronskii, Anna dikucilkan oleh kalangan bangsawan. Sepanjang cerita, Anna terus terombang-ambing antara pilihan untuk bercerai dan menikahi Vronskii atau tetap mempertahankan pernikahannya di atas kertas walaupun ia hidup bersama Vronskii dan anak hasil hubungan mereka. Kebimbangan Anna ini menimbulkan penderitaan bagi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Dalam kisah Anna, kita dapat melihat sikap munafik dan bias kaum aristokrat Rusia waktu itu. Bagi para bangsawan, perselingkuhan adalah hal yang lumrah selama pihak-pihak yang melakukannya bisa menjaga kepantasan perilaku mereka di muka umum. Ibu Vronskii bahkan sempat merasa bangga karena putranya dapat memikat wanita sekelas Anna. Tetapi begitu keduanya terang-terangan berselingkuh hubungan tersebut langsung dipandang sebagai aib. Dalam hal ini, Anna mendapat tekanan mental lebih berat daripada Vronskii yang seorang pria. Kesusilaannya sebagai wanita dipertanyakan hingga ia dianggap tidak pantas berada dalam lingkungan terhormat. Sedangkan Vronskii yang sejak awal sudah menjalani kehidupan liar lebih dimaklumi, bahkan masih diterima dengan baik dalam pergaulan. Keadaan ini menimbulkan krisis kepercayaan diri bagi Anna hingga ia mulai menjadi obesesif dan paranoid. Perubahan sikap Anna itu membuat Vronskii jenuh dan merasa terkungkung hingga semakin lama semakin memperkeruh hubungan mereka.
Levin, sebagai pria ningrat pedesaan yang membenci gaya hidup aristokrat mengalami kesulitan-kesulitannya sendiri saat gagal mendapatkan cinta Kitty Scherbatskaya, gadis muda dari keluarga terhormat yang lebih tertarik pada Vronskii. Penolakan keras Levin terhadap pola pikir kaum bangsawan ibukota membuatnya dipermalukan setiap kali mendatangi jamuan sosial. Menikahi Kitty membawa banyak perubahan dalam pemikiran Levin dan membuatnya terpaksa mengurangi kekerasan sikapnya. Pada akhirnya segala permasalahan antara Levin dengan Kitty beserta keluarganya malah mempererat kasih sayang dan pengertian di antara keduanya.
Melalui benak Levin yang seorang tuan tanah dan filsuf terlihat bahwa saat itu Rusia sedang dalam masa peralihan menuju modernisasi, terutama dalam pertanian. Meskipun ia berpendapat sistem pertanian dan kepemilikan tanah perlu dirubah, tapi menurutnya kaum petani Rusia belum siap untuk itu. Ia juga berpendapat aristokrasi perlu dihapuskan.
Akhirnya Anna yang berada di puncak depresi merasa hubungannya dengan Vronskii tidak bisa diperbaiki lagi dan ia memutuskan untuk memberi pelajaran pada Vronskii dengan menyudahi hidupnya. Anna melemparkan dirinya ke bawah lokomotif yang lewat dan mati terlindas roda kereta api, meninggalkan Vronskii yang kecewa terhadap keputusan Anna untuk menyakitinya dengan bunuh diri.
Sementara itu, Levin setelah menjalani pertengkaran demi pertengkaran dengan Kitty menyadari betapa pentingnya istri dan anak baginya. Ia akhirnya menemukan pencerahan atas kebingungan-kebingungan yang dialaminya sejak berkeluarga dan menyimpulkan setelah ini ia akan bisa hidup bahagia.
Saya membaca novel Anna Karenina lebih karena ketidaksengajaan. Pada awalnya saya lebih tertarik membaca karya Tolstoi yang berjudul War & Peace karena novel itu menginspirasi pembuatan manga Magnolia Waltz. Setelah berhasil menemukan War & Peace di Perpustakaan Umum Kota Malang, saya mengurungkan niat untuk membacanya karena tebal bukunya yang luar biasa. Di sana saya juga sempat menemukan Anna Karenina tapi tidak berminat untuk meminjam karena bukunya terlalu tipis dan tokoh protagonisnya berselingkuh lalu bunuh diri. Baru beberapa minggu kemudian kakak saya meminjam sejumlah novel dan di antaranya terdapat Anna Karenina, dua volume dan sangat tebal. Barulah saya tahu ternyata Anna Karenina versi tipis yang saya temukan di Perpustakaan Kota ternyata sudah diringkas dengan hanya memasukkan adegan-adegan penting. Karena penasaran saya memutuskan untuk mencoba membacanya.
Anna Karenina adalah novel terberat yang pernah saya baca. Saya menghabiskan hampir 3 bulan untuk menyelesaikannya, lebih lama daripada waktu yang kubutuhkan untuk membaca Taiko karangan Eiji Yoshikawa. Saya berhasil menyelesaikan Taiko yang terdiri dari 10 bagian dalam waktu yang lebih singkat karena meskipun sangat panjang dan terlalu banyak tokoh di dalamnya, ceritanya sendiri masih terpusat pada Hideyoshi Toyotomi. Selain itu, budaya Jepang dalam Taiko relatif mudah dipahami bagiku yang akrab dengan kebudayaan timur. Sementara itu, Anna Karenina yang terdiri dari 8 bagian justru lebih menyulitkan untuk dibaca karena isinya yang kelewat padat dan kurang familiar.
Penulisan nama-nama tokoh saja sudah bikin pusing
Kesulitan pertama yang terasa saat mulai membaca novel ini adalah nama-nama tokohnya yang tidak biasa. Setidaknya, dalam novel ini setiap tokoh selalu disebut dengan dua nama lengkap. Sebagai contoh, Anna mempunyai dua nama, yaitu Anna Arkadyevna dan Anna Karenina. Anna Arkadyevna merupakan nama lahir, sedangkan Anna Karenina merupakan nama resmi yang terdiri dari nama depan dan keluarga. Selain itu ada aturan maskula-femina dalam penyebutan nama keluarga. Misalnya, suami Anna adalah Karenin, sementara untuk istrinya ditulis Karenina. Sedangkan nama-nama keluarga yang berakhiran dengan huruf ‘i’ seperti Scherbatskii dan Vronskii ditulis Scherbatskaya dan Vronskaya untuk para wanitanya.
Bukan hanya nama, gelar kebangsawanan di Rusia pun berbeda. Sebagai pembaca setia historical romance, saya yang lebih akrab dengan gelar kebangsawanan Inggris dan Perancis hanya tahu bahwa kaum ningrat Rusia banyak yang bergelar Pangeran dan Putri meskipun mereka belum tentu keturunan langsung Tsar dan Tsarina. Ternyata ‘Graf’ yang artinya Pangeran di sini merupakan gelar tertinggi untuk bangsawan di luar keluarga inti kerajaan, setara dengan Duke di Inggris dan Comte di Perancis.
Opini yang begitu detail dan ‘memabukkan’ atas kondisi sosial Rusia di abad 19
Kesulitan kedua yang saya temukan dalam membaca Anna Karenina adalah penggambaran jalan pikiran tokoh-tokoh penting dalam cerita tersebut yang sangat-sangat-sangat detail. Saya memberikan rating empat bintang di Goodreads untuk buku ini karena penokohannya yang terasa sangat manusiawi dengan proses pemikiran yang sama seperti kita semua. Dalam Anna Karenina tidak ada karakter yang cenderung positif atau negatif. Semuanya digambarkan sebagai kepribadian abu-abu yang mempunyai sisi buruk dan sisi baik di saat bersamaan.
Tolstoy memasukkan opininya terhadap sistem politik, konsep keluarga, feodalisme, agama, dan budaya aristokrasi di tengah masyarakat Rusia yang tengah menghadapi modernisasi dengan detail. Dijabarkan melalui singgungan setiap unsur budaya dengan masing-masing karakter, terutama Levin. Inilah kekuatan novel Anna Karenina. Tapi ini juga membuat Anna Karenina yang sebenarnya beralur cepat jadi setebal itu. Edisi terjemahan yang saya baca ini saja sampai harus dipisah menjadi dua buku, masing-masing terdiri dari limaratusan halaman dengan ukuran font sangat kecil pula. Bisa dibilang saya sampai mabuk huruf, kekenyangan, dan nyaris muntah-muntah karena membaca buku ini.
Terakhir, inskonsistensi penerjemah dalam penggunaan istilah atau penulisan nama di sepanjang buku meskipun tidak terlalu penting tapi terasa cukup mengganggu. (stupidbookworm)
Selamat membaca!***
Komentar