86 - Okky Madasari

86 - Okky Madasari
PEI 86

Judul novel : 86
Tahun          : 2014
Penulis        : Okky Madasari
Tebal           : 256 halaman
Penerbit      : PT Gramedia Pustaka Utama

            Buku ini mengisahkan tentang kehidupan masyarakat dalamnegeri yang kaya ini. Bagaimana kehidupan sosial yang terjadi disetiap sudut masyarakat,masyarakat kalanganbawah, menengah, hingga kalangan teratas. Novel ini sangat berani mengusung kisah tentang pemerintah negeri ini, khususnya pemerintah pengadilan.”Sudah ngak usah sungkan-sungkan. Memang kita baru kenal, tapi ya sama-sama taulah, delpan enam aja dek!”, itulah “86” ucapan yang familiar dalam keanggotaan kepolisian yang berarti semua sudah beres.
Mengangkat tokoh utama yang bernama Arimbi. Ia adalah gadis asal Ponorogo yang kuliah di Solo, harapan satu-satunya keluarga untuk bisa memperbaiki derjat orang tuanya yang bekerja sebagai petani. Novel ini mengusung kisah yang sangat nyata di kalangan masyarakat bawah, orang tua buta huruf yang berharap kepada anak untuk mengangkat derajat sosialnya. Setelah selesai kuliah, Arimbi mendaftar ujian untuk menjadi pegawai pegadilan di Jakarta. Ia diterima menjadi staff pengadilan dengan status PNS. Walaupun menjadi PNS hidup di Ibukota sangatlah berat, karena gaji sebulan tidak cukup untuk biaya hidup sehari-hari dan bayar kos serta lagi mengirim uang kepada orang tuanya di kampung halaman.
Setelah sekian lamanya bekerja di pengadilan dengan penuh keluguan dan kepolosan. Arimbi mulai mengalami hal-hal yang mungkin belumbanyak diketahui oleh masyarakat awam.”Pokoknya delapan enamlah!” hal 104, istilah itulah yang sering diucap antar pegawai pengadilan. Antar hakim dengan staf, hakim dengan penggugat, staf dengan penggugat, dan lainnya. Delapan enam adalah kata lain dengan sogikan untuk mempermudah perkara, walaupun perkara itu sudah sangat jelas salah. Mengusung bagaimana pemerintah pengadilan yang sangat banyak melakukan korupsi, “Namanya saja pengadilan tapi kenapa jauh dari kata adil?” pasti kata itu yang terlintas oleh para pembaca novel ini. Keadaan sangat kotor yang dilakukan oleh pemerintah negeri ini secara turun temurun dan sangat sulit untuk dimusnahkan.
Tapi dengan cara itulah Arimbi dengah mudah ya mendapatkan uang untuk kebutuhan hidup. Cara itu juga didapat dari suaminya yang bekerja di dealer motor Ananta namanya. Tapi karena dengan cara haram pada akhirnya Arimbi tertekam  oleh ulahnya sendiri, yaitu berurusan dengan KPK. Setelah sidang demi sidang denganKPK terlewati, akhirnya Arimbi dijatuhi hukuman 4 tahun penjara. Hidup Arimbi dan suaminya sangatlah miris, pengantin baru yang belum genap 2 bulan terpisahkan oleh jeruji besi.
Saran untuk pembaca, karena novel ini adalah novel dewasa pembaca haruslah usia 18 tahun ke atas karena banyak hal-hal yang belum terfikirkan oleh anak-anak bahkan remaja sekalipun. “Rasa hangat itu berdesir-desir saat tangan Ananta bermain-main dilehernya. Mengelus sisi kanan telinganya, lalu ke tengah di bawah dagu, kemudian ke sisi kiri, memainkan giwang  yang dipake Arimbi, Ananta memainkannya berkali-kali. Lebih cepat, makin tak beraturan berulang kali Arimbi memejamkan mata membayangkan dirinya berbaring di lapangan penuh rumput, dengan angin yang terus berhembus, tapi tak pernah kencang. Ah, enak sekali, begitu berulangkali diucapkannya dalam hati”. Itulah sepengal kalimat dewasa yang tentunya belum boleh terpikirkan oleh pembaca dibawah umur, sehingga pembaca harus diats 18 tahun.


Tapi dengan gaya bahas yang mudah dipahami dan mengkolaborasikan dengan bahaa jawa novel 86 ini sangat asik dan tidak membuat pembaca menjadi ngantuk denan alur ceritanya. Dengan mengangkat cerota pemerintahan negeri ini tentunya novel ini sangat menarik untuk diikuti alur ceritanya sampai akhir. Banyak hal-hal yang sangat berguna dalam cerita novel ini untuk memotivasi dan mengingatkan kepada pembacanya. “Tapi Arimbi juga ingat ia sudah tak salat sejak sebelum ditahan dan malam ini Ia melakukannya. Mengadu dalam tangisan. Tapi kemudian ia ragu. Teringat yang dilakukannya bersama Tutik. Apakah suaranya masih akan didengar Tuhan” itulah sepenggal kalimat yang bertujuan untuk mengajak para pembaca selalu ingat kepada Sang Pencipta. Empat setengah bintang dari lima, untuh novel “86, untuk idenya yang unik dan berani.( rizkyanas21)

PEI download


Selamat membaca!***

Komentar

Popular Post

Dunia Kafka karya Haruki Murakami

A Man Called Ove - Fredrik Beckman

Nagasasra dan Sabuk Inten - SH Mintardja