Gadis Jeruk ( The Orange Girl ) - Jostein Gaarder

Gadis Jeruk ( The Orange Girl )

PEI the Orange Girl

Judul: The Orange Girl
Penulis: Jostein Gaarder
Penerjemah: Yuliani Liputo
Penyunting: Andityas Prabantoro
Penerbit: Penerbit Mizan
E-book: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (iPusnas)
Digitalisasi: Ibn’ Maxum
Tebal: 257 hlmn.
ISBN: 978-979-433-935-1
Georg Roed, seorang remaja laki-laki berusia 15 tahun tiba-tiba mendapatkan sebuah surat dari ayahnya yang telah meninggal karena suatu penyakit saat Georg baru berusia 3,5 tahun. Surat itu ditemukan oleh neneknya di loteng, tepatnya di balik pelapis kereta dorong Georg sewaktu ia masih kecil.
Ayah Georg, Jan Olav, di dalam surat misterius tersebut menceritakan kisahnya dengan Si Gadis Jeruk saat ia masih sangat muda. Tentang awal pertemuan mereka yang tidak disengaja di sebuah trem Frogner, dimana Si Gadis Jeruk membawa sekantong penuh jeruk di pangkuannya. Semenjak pertemuan itu, Jan Olav selalu mencari-cari Si Gadis Jeruk, pun ternyata Si Gadis Jeruk juga berupaya mencarinya.
Pertemuan keempat, di malam Natal, keduanya mengikuti Kebaktian di Katedral yang sama. Usai mengikuti Kebaktian, Jan Olav memberanikan diri menghampiri Si Gadis Jeruk dan mengatakan bahwa ia menyukainya. Sebelum akhirnya mereka berpisah, Si Gadis Jeruk mengatakan agar Jan Olav bersedia menunggunya selama enam bulan, dan setelah itu mereka bisa bersama-sama setiap hari selama enam bulan berikutnya. Sampai pada saat itu, Si Gadis Jeruk bahkan belum mengatakan siapa namanya, tetapi ia tahu nama Jan Olav.
Setelah malam itu, Jan Olav tidak pernah lagi bertemu dengan Si Gadis Jeruk. Di tempat-tempat biasa ia mencari, tak sekalipun ia menemukan sosoknya. Sampai suatu hari di akhir bulan April, Jan Olav mendapatkan kartu pos dari Sevilla, Spanyol. Kartu pos itu dari Si Gadis Jeruk. Ia menulis agar Jan Olav bersedia menunggunya sedikit lebih lama. Bagaimana bisa ia tahu alamat Jan Olav? Dan sedang apa ia di Sevilla?
Jan Olav menganggap Si Gadis Jeruk ini sangat misterius. Ia bertekad menyusulnya ke Sevilla, meskipun ia tidak tahu persis dimana ia bisa menemukan Si Gadis Jeruk dan apakah ia masih berada di sana. Tentu saja keputusannya tersebut telah melanggar kesepakatan bahwa ia akan menunggu selama enam bulan sampai Si Gadis Jeruk kembali ke Norwegia.


Hari kedua, setelah selama dua hari Jan Olav menunggu di sebuah pelataran kafe, Si Gadis Jeruk tiba-tiba muncul di Plaza de la Alianza.
“Jika dua orang nyaris tidak melakukan hal lain selain saling mencari, tidak mengherankan jika mereka akan saling berjumpa secara kebetulan,” katanya.
Percakapan malam itu adalah percakapan paling panjang antara keduanya sejak kali pertama mereka bertemu secara tidak sengaja. Si Gadis Jeruk ternyata adalah teman masa kecil Jan Olav yang terakhir kali ia temui saat usia mereka masih tujuh tahun. Si Gadis Jeruk mengenali Jan Olav, tetapi Jan Olav tidak mengenalinya.
Lalu, apa hubungan antara kisah cinta romantis sekaligus misterius Jan Olav dan Si Gadis Jeruk dengan Georg? Mengapa Jan Olav merasa perlu menuliskan surat untuk Georg tentang kisahnya dengan Si Gadis Jeruk sebelum ia meninggal?
Surat itu, selain bercerita tentang Si Gadis Jeruk, juga bercerita tentang segala kegelisahan Jan Olav sebelum ia meninggal. Ia menuangkannya dalam sebuah surat dengan harapan Georg akan membacanya suatu saat, setelah ia sudah cukup umur untuk bisa memahaminya. Kegelisahan itu ada hubungannya dengan pertemuan Jan Olav dengan Si Gadis Jeruk, tentu saja. Bahkan bisa dikatakan, sumber kegelisahannya adalah segala hal yang telah dilaluinya sepanjang hidup, yang menuntunnya pada akhir seperti sekarang.
Ditambah dengan pertanyaan tentang hakikat eksistensinya sebagai seorang manusia. Tentang betapa sangat kecil dan hanya sementaranya seseorang hidup di alam semesta. Jan Olav gelisah memikirkan manakah yang lebih baik, tidak pernah hidup sama sekali, atau hidup tapi hanya sementara dan pada akhirnya akan mati. Sebab hidup itu sendiri memiliki banyak aturan dan konsekuensi yang tidak selalu bisa dipahami, bahkan boleh jadi tidak disukai, tetapi harus dipatuhi.
Atas kekecewaannya pada hidup yang terlalu singkat, Jan Olav merasa perlu menanyakan pilihan Georg jika ia bisa memilih untuk hidup yang hanya sementara atau tidak dilahirkan ke dunia. Sebab ia, sebagai ayah Georg tentu ikut bertanggungjawab atas keberadaan Georg di dunia ini, saat ini.
Manakah yang dipilih Georg?
***
Novel ini mengingatkan tentang eksistensi manusia di alam semesta. Betapa manusia hanyalah makhluk yang sangat kecil dibandingkan alam semesta, dan betapa manusia hanya hidup dalam waktu yang sangat singkat. Juga bahwa manusia bahkan tidak punya kuasa untuk memilih dan menolak apa yang ditakdirkan untuknya.
Manusia, disadari atau tidak, hanyalah salah satu tokoh dalam sebuah dongeng kehidupan yang ditulis oleh Tuhan. Segala yang dipilihnya dalam hidup memiliki konsekuensi, yang tak ia pahami sampai sesuatu itu terjadi. Bahkan apapun yang dipilihnya, pada akhirnya apa yang akan terjadi telah ditetapkan oleh Sang Penulis Cerita.
Hal yang paling mendasar adalah bahwa manusia tidak bisa memilih dimana, kapan dan seberapa lama ia diberi kehidupan di dunia.
Membaca novel ini akan membuat kita selalu ingat bahwa keberadaan kita sangat mikroskopis dan ada Yang Mahakuasa atas hidup kita. Kita tidak bisa ikut campur atas apa yang dituliskan-Nya untuk kita, yang bisa kita lakukan adalah melakukan yang terbaik yang bisa kita lakukan selama kita diberi secuil kesempatan untuk hidup di dunia(retno-purwa).

PEI download

Selamat membaca!***

Komentar

Popular Post

Dunia Kafka karya Haruki Murakami

A Man Called Ove - Fredrik Beckman

Seratus Tahun Kesunyian - Gabriel Garcia Marquez