Stalin - Simon Sebag Montefiore

PEI Stalin
Stalin : Kisah-kisah yang Tak Terungkap

Judul Buku: Stalin: Kisah-kisah yang Tak Terungkap
Penulis: Simon Sebag Montefiore
Penerbit: Alvabet
Penerjemah: Yanto Musthafa dan Ida Rosdalina
Cetakan: I, Februari 2011
Tebal: XXXVI+832 Halaman

Pada saat revolusi melawan kediktatoran berkobar di kawasan Arab sejak tahun lalu hingga kini, kita seperti dipaksa untuk kembali mempercayai tengara lawas itu; sejarah dunia pada dasarnya hanyalah merupakan biografi segelintir elit. Sebagian menorehkan tinta emas pada lembaran sejarah, tidak sedikit pula yang membingkainya dengan kekejaman hingga menggenanginya dengan bau amis darah.
Hitler dan Stalin, menjadi personifikasi yang disebut belakangan. Keduanya menjadi ikon jagal manusia abad 20. Namun jika Hitler telah terkuak luas boroknya, maka hanya sedikit buku yang mampu menelanjangi brutalitas yang dipertontonkan sosok Stalin. Buku berjudul lengkap Stalin: Kisah-kisah yang Tak Terungkap ini, termasuk yang sedikit -jika bukan satu-satunya- yang membongkar misteri ihwal sang pembunuh massal ini secara benderang. Tak mengherankan jika buku ini diganjar sebagai peraih History Book of the Year versi British Book Award serta Book of the  Year dari belasan media massa di Barat.
Ditulis berdasarkan riset secara cermat atas surat-surat, telegram-telegram dan buku-buku harian teman-teman dekat Stalin. Sehingga mampu mendeskripsikan sosok Stalin secara lebih utuh sekaligus kompleks. Seorang yang dijuluki sebagai diktator abad lalu, tipikal bukan semata-mata seorang narsis yang paranoid tapi juga peragu, pencemas, sekaligus memesona. Dengan bakat utamanya adalah kemampuan untuk mereduksi masalah-masalah rumit menjadi sederhana, sebuah bakat yang sangat bernilai dalam dunia politik. (hlm. 117)
Joseph Stalin dilahirkan dengan nama Joseph Vissarionovich Djugashvili di sebuah gubuk (sampai sekarang masih ada) dari pasangan Vissarion dan Ekaterina pada tanggal 6 Desember 1878, bukannya 21 Desember 1879 sebagaimana yang diperingati secara resmi. Tinggal di Gori, sebuah kota kecil di tepi sungai Kura, Georgia. (hlm. 29) Nama Stalin dicurigai dipinjamnya dari si cantik montok Ludmilla Stal yang pernah terlibat hubungan asmara dengannya.
Seorang dengan ketegangan, temperamen meledak-ledak seperti aktor bersukaria dengan dramanya sendiri, itulah Stalin. Nikita Kruschev, penerus sejati Stalin, menyebutnya litsedei, pria dengan banyak wajah. Lazar Kaganovich, salah seorang kamerad terdekatnya selama lebih dari tiga puluh tahun, mendeskripsikan dengan tepat watak unik tersebut: seorang pria berbeda pada masa berbeda….saya mengenal tak kurang dari lima atau enam Stalin. (hlm. 4) Dia memang abnormal, tapi Stalin sendiri memahami bahwa para politisi jarang yang normal: sejarah, tulisnya, penuh dengan orang-orang yang abnormal. (halaman. 31).
Pada 1899, dia diusir dari seminari, bergabung dengan Partai Pekerja Demokratis Sosial Rusia dan menjadi seorang revolusioner profesional. Ia sangat keranjingan mendukung Vladimir Lenin dan karya seminal-nya, What Is To Be Done? Tokoh penguasa politik genius yang menggabungkan kepraktisan Machiavellian dalam merebut kekuasaan, dengan penguasaan ideologi Marxis.
Stalin merupakan seorang radikal alami. Dia dan kalangan Bolshevik, sekutunya, membenci dunia petani lama yang keras kepala: mereka harus digiring ke ladang-ladang kolektif, pangan mereka dikumpulkan secara paksa dan dijual ke luar untuk mendanai ambisi cepat menciptakan pembangkit listrik dalam rangka memproduksi tank dan pesawat. Perdagangan pangan oleh swasta dihentikan. Para tengkulak diperintahkan menyerahkan pangan mereka dan dituntut sebagai spekulan jika mereka tidak mau menuruti. Berangsur-angsur, para penduduk desa dipaksa menjadi pekerja kolektif. Siapa pun yang melawan dicap sebagai tengkulak musuh.
Meski demikian, sang hero Mesias yang membaptis diri sendiri itu bekerja untuk merangkul anak buahnya dengan pelukan yang tak bisa dielakkan berupa keakraban yang ramah yang meyakinkan mereka bahwa tak ada yang lebih dia percayai. Selain itu, di luar sifatnya yang kejam, di justru sangat ketakutan dan tidak berkutik di hadapan istri keduanya, Nadya Alliluyeva.
Di rumah, citra stalin sebagai suami tak berdaya yang terkepung, ketakutan dalam kamar mandi pada Nadya yang bermata liar, merupakan pemandangan yang tidak selaras dengan citra Pria Baja dalam keseluruhan karirnya. (hlm. 105) Sebuah gambaran yang sangat kontras dengan “prestasinya” di antara para penjagal yang telah membantai 20 juta orang; 28 juta orang di deportasi, 18 juta diantaranya diperbudak di Gulag. (hlm. 794)
Pembantaian secara besar-besaran dimulai Pada 2 Juli 1937, ketika politbiro memerintahkan para sekretaris lokal untuk menangkap dan menembak ”elemen-elemen anti Soviet yang paling sengit”. Tujuannya adalah membereskan sekaligus untuk selamanya semua musuh dan mereka yang tidak mungkin diajari dididik dalam sosialisme.
Jika penghancuran Hitler terhadap Yahudi adalah genosida, maka ini adalah demosida, pertarungan kelas yang berputar menjadi kanibalisme. Teror ini berbeda dengan yang dilakukan Hitler yang hendak menghancurkan kalangan terbatas: Yahudi dan Gipsi. Di sini sebaliknya, kematian terkadang acak: komentar yang telah lama terlupakan, perselingkuhan dengan seorang oposisi, kecemburuan terhdap pekerjaan, istri atau rumah orang lain, balas dendam atau sekedar kebetulan membawa kematian dan penyiksaan seluruh keluarga.
Tidak berbeda dengan Holocaust karya Hitler, teror ini adalah sebuah prestasi manajemen kolosal, dengan sebagian besar daftar-mati ditandatangani oleh Stalin, Molotov, kaganovich dan Voroshilov, tetapi banyak pula yang ditandatangani oleh Zhdanov dan Mikoyan. (hlm. 281-282)
Namun sekali lagi bukan Stalin bila tidak memunculkan paradoks, selain dikenal dengan kekejamannya, tapi dalam hal membaca, dia adalah seorang intelektual, meski tidak memiliki bakat sastra, padahal ia hanyalah putra seorang tukang sepatu dan perempuan tukang cuci.
Tak berlebihan jika dikatakan bahwa stalin adalah penguasa pembaca terbaik Rusia sejak Catherine Yang Agung hingga Vladimir Putin, bahkan termasuk Lenin yang terkenal sebagai intelektual dan menikmati pendidikan bangsawan. Perpustakaannya berisi 20 ribu buku yang terpakai semua, mulai dari novel-novel Galsworthy, Wilde, Maupassant, Steinbeck, Hemingway, Gogol, Chekov, Hugo, Thackeray dan Balzac. Namun, semua itu tidak mengurangi kekejamannya sehingga ia sangat layak dijuluki sebagai jagal manusia dari Georgia.(mancaksanga)

PEI download

Selamat membaca!***


Baca juga : The Long Walk - Stephen King

Komentar

Popular Post

Dunia Kafka karya Haruki Murakami

A Man Called Ove - Fredrik Beckman

Nagasasra dan Sabuk Inten - SH Mintardja