Candide - Voltaire
Candide - Voltaire
Judul: Candide
Penulis: Voltaire
Penerbit: Liris Publishing
Penerbit: Liris Publishing
Candide adalah salah satu karya filsuf Perancis pada era pencerahan, dengan nama pena Voltaire. Nama aslinya adalah Francois Marie Arouet.
Sinopsis:
Candide adalah seorang laki-laki yang berwatak lembut, tabah dan berkemauan keras. Ia meyakini bahwa ia tinggal di dunia yang terbaik dari semua kemungkinan yang ada. Ia sangat mempercayai ajaran gurunya yang menyatakan “semua yang terjadi di dunia ini selalu yang terbaik.”
Candide adalah seorang laki-laki yang berwatak lembut, tabah dan berkemauan keras. Ia meyakini bahwa ia tinggal di dunia yang terbaik dari semua kemungkinan yang ada. Ia sangat mempercayai ajaran gurunya yang menyatakan “semua yang terjadi di dunia ini selalu yang terbaik.”
Candide menyukai Cunegonde, putri bangsawan seorang baroness. Suatu hari sang baroness melihat Candide mencium putri kesayangannya. Sang baroness marah dan ditendanglah Candide dari istana. Di luar istana ia menemui kenyataan yang bertolak belakang dengan ajaran gurunya. Ia menemui kejahatan, peperangan, bencana, musibah. Namun ia masih meyakini ajaran gurunya, bahwa semua diciptakan dalam bentuk yang terbaik.
Sampai suatu ketika ia bertemu gurunya, Panglos yang terlunta-lunta dan menderita sakit. Kemudian gurunya bercerita bahwa istana baroness dihancurkan musuh, nona cunegonde dikabarkan meninggal. Selanjutnya, guru dan murid ini kemudian bersama-sama melanjutkan perjalanan mereka. Sampai kemudian Panglos dihukum gantung.
Setelah menghadapi kenyataan-kenyataan pahit yang dilaluinya, Candide mulai menggugat ajaran gurunya. “Seandainya ini adalah dunia terbaik dari yang paling mungkin, lalu bagaimana dengan kemungkinan dunia yang lainnya?”
Voltaire di sini sebenarnya ingin menyindir filosofis optimisme yang memandang bahwa semua bencana, musibah, kejahatan yang dibuat oleh manusia sendiri dapat dianggap sebagai kehendak Tuhan.
Yang ditentang oleh Voltaire adalah sikap pasrah manusia. Alih-alih menyalahkan takdir karena banjir, misalnya, bukankah sebaiknya kita bergerak, melakukan sesuatu? Bukankah itu gunanya akal dan pikiran yang Tuhan berikan? Untuk kita berpikir dan tidak hanya berpangku tangan saja? Manusia tidak boleh menyerah pada nasibnya, ia harus berkarya untuk memperbaiki kehidupannya. Seperti dinyatakan dalam kutipan di bawah ini:
“Aku juga tahu,” Candide berkata,”bahwa kita harus menggali kebun kita.”
“Kau benar,” Pangloss berkata, “karena ketika manusia ditempatkan di taman Eden maka dia ditempatkan di sana ut operaretur eum-sehingga dia bisa bekerja: itulah bukti bahwa manusia dilahirkan bukan untuk menganggur.”
“Mari bekerja kalau begitu, dan jangan berdebat,” Martin berkata. “Ini adalah satu-satunya cara untuk membuat hidup menjadi berguna.”
“Kau benar,” Pangloss berkata, “karena ketika manusia ditempatkan di taman Eden maka dia ditempatkan di sana ut operaretur eum-sehingga dia bisa bekerja: itulah bukti bahwa manusia dilahirkan bukan untuk menganggur.”
“Mari bekerja kalau begitu, dan jangan berdebat,” Martin berkata. “Ini adalah satu-satunya cara untuk membuat hidup menjadi berguna.”
Voltaire kemudian menutup kisah Candide dengan sindiran halus menggelitik.
Setiap kali Panglaoss berkata seperti ini kepada Candide: “Tentu saja ada rangkaian peristiwa dalam dunia yang terbaik ini. Pertimbangkan saja: seandainya kau tidak ditendang keluar dari kastel indah karena mencintai Nona Cunegonde – seandainya kau tidak…… – seandainya kau…. ”
Setiap kali Panglaoss berkata seperti ini kepada Candide: “Tentu saja ada rangkaian peristiwa dalam dunia yang terbaik ini. Pertimbangkan saja: seandainya kau tidak ditendang keluar dari kastel indah karena mencintai Nona Cunegonde – seandainya kau tidak…… – seandainya kau…. ”
“Sungguh pengamatan yang luar biasa,” Candide berkata. “Tapi ayo kita mencangkuli kebun kita.”Sumber : buku.enggar.
Komentar