Api Tauhid - Habiburrahman El-Shirazy
Api Tauhid
Judul : Api Tauhid
Pengarang : Habiburrahman El-shirazy
Penerbit : Republika
Cetakan : cet-13 September 2016
Halaman : xxvi+588 halaman
Ukuran buku :13,5 × 20,5 cm
ISBN : 978-602-8997-95-9
Novel Api Tauhid ini adalah salah satu novel terbitan republika dari beberapa novel lain karya Habiburrahman yang akrab dipanggil dengan sebutan kang Abik,novel ini merupakan novel yang berisi tentang sejarah perjuangan ulama’ besar islam yang bernama Badiuzzaman Said Nursi dalam menyalakan cahaya ketauhidan yang hampir padam dikubur oleh para rezim sekular ditengah kebiasaan penduduk Eropa yang diterapkan oleh para rezim kala itu pada masyarakat Turki yang sebelumnya Turki dikenal dengan kota Islam.Novel ini menjadi salah satu novel sejarah dengan dihiasi kisah cinta yang bernafaskan islam didalamnya yang menjadi ciri khas kang Abik dalam menghiasi setiap novel karyanya,karena latar belakang pendidikannya. Kang Abik sendiri adalah seorang mahasiwa asal Indonesia yang berhasil merampungkan pendidikan S2 di The Institute for Islamic Studies tepatnya di Kairo.Ia diberi kemampuan selain sebagai novelis juga dikenal dengan seorang sutradara,da’i dan penyair.Latar belakang pendidikan ini menjadi ciri khas kang Abik dalam membawakan beberapa novel dan mengemasnya dalam nuansa islam.
Gaya bahasa yang digunakan pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga yang diwarnai dengan bahasa khas yang menjadi latar belakang pengarang yaitu bahasa Arab,ditambah lagi dengan pelukisan suasana,dialog serta peyusuna kata yang jelas.Dan kejeniusan pengarang dalam menambahkan footer (catatan kaki) untuk bahasa Arab dan beberapa istilah Arab menjadi ciri khas tersendiri dibanding novel yang lain sehingga footer dapat menambah pengetahuan serta pemahaman pembaca walaupun pembaca orang awam sekalipun tidak perlu khawatir akan ketidakpahaman dengan isi cerita.
Didalam novel ini tersirat banyak amanat yang perlu digali sendiri oleh para pembacanya dan tentunya amanat tersebut banyak mendatangkan manfaat khususnya untuk para pejuang fisabilillah,ulama’ – ulama’,generasi muda ,pembela negara dan umumnya untuk berbagai kalangan masyarakat yang sangat haus dengan tarikh /sejarah islam yang dapat membangkitkan semangat juang untuk menegakkan kemurnian ajaran agama dengan semakin mendekat kepada Allah sekalipun harus berhadapan dengan penguasa yang lalim dan semena-mena.
Cara kang Abik dalam melukiskan tokoh – tokoh dalam ceritanya berbeda dengan pengarang lainnya,kemampuan melukiskan watak yang baik dan penyajian konflik yang hidup mampu membawa pembaca seakan ikut menyaksikan sendiri peristiwa didalamya.Tokoh utama yang diangkat dalam novel ini ialah Fahmi, ia dilukiskan sebagai seorang pemuda asal Indonesia yang taat dan patuh terhadap ajaran agamanya sifat polosnya dan kepeduliannya membuat tokoh Fahmi mudah akrab dengan tokoh-tokoh lain yang terlibat dalam cerita.Para tokoh yang dilukiskan didalam novel ini diantaranya: Fahmi,Hamza,Ali,Subki,Aysel,dan Emel disajikan oleh pengarang dengan jelas dan nyata dengan kemampuan pengarang dalam mevariasikan beberapa tokoh dari latarbelakang yang berbeda namun dapat disatukan prinsip atas dasar pedoman Al quran.Fahmi sendiri pernah mondok di pesantren Krapyak , Yogyakarta.Ia lahir dari keluarga yang sederhana dari sepasang suami istri yang memegang teguh prinsip agama walau tingkat pendidikan kedua orang tuanya tidak terlalu tinggi.Ayahnya sebagai seorang modin di kampung halamannya sementara ibunya bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga.Perjalanannya menempuh pendidikan di Madinah diawali dari Madrasah Aliyah yang pada suatu ketika madrasah yang ditempati oleh Fahmi mendapat kunjungan Syaikh dari Madinah didalam hajat itu Fahmi dipilih untuk memberi sambuatan dan sedikit pidato,ternyata syaikh tersebut tertarik dengan sambutan Fahmi dan bersedia memberi muqobalah pada Madrasah Aliyahnya dengan memilih lima orang perwakilan dan yang diterima hanya dua orang yaitu Fahmi dengan sahabat karibnya Ali untuk belajar di Madinah.Kerendahan hati dan kecerdasan tokoh Fahmi dalam urusan agama membuat setiap orang yang memiliki anak perempuan ingin menjadikannya mennantu.Pada suatu hari pak lurah didesa tempat lahirnya Fahmi datang beserta rombongan keluarga dengan mengajak putrinya Nur Janah dan tak lain niatnya untuk menjodohkannya dengan Fahmi,hal itu sempat mendapat penolakan dihati Fahmi karena belum sedikitpun terbesit dalam pikirannya untuk menikah namun atas bujukan ibunya Fahmi berani meminta waktu untuk istikharah dulu,belum terjawab istikharah yang pertama disusul dengan kedatangan Kiyai Arselan beserta keluarganya dengan membawa putrinya bernama Firdaus Nuzula dan niatnyapun sama ingin menjodohkan Fahmi dengan anaknya Nuzula karena sama baiknya ibunya lebih mantap dengan Nuzula Karena dilihat dari pendidikan dan nasab Nuzula lebih cocok untuk Fahmi akhirnya Fahmi menuruti permintaan ibunya dan pernikahan itu segera dilangsungkan walaupun hanya dengan nikah siri namun menurut syari’at islam pernikahan tersebut sudah sah , akad nikah digelar dikediaman Kiyai Arselan namun dalam akad itu terdapat persyaratan bahwa kedua mempelai tidak akan bergaul layaknya suami istri sampai mereka merampungkan pendidikannya.sehingga sebelum kembali ke Madinah Fahmi sempat mencium bibir Nuzula dan kejadian itu benar – benar menumbuhkan rasa cinta Fahmi yang luarbiasa kepada istrinya Nuzula walaupun sebelumnya mereka belum mengenal apalagi pacaran.Ketika di Madinah Fahmi selalu menyempatkan waktu untuk meyapa istrintya meski hal itu terkesan tidak ada romantisnya namun ciuman yang diberikan pada istrinya mampu menyalakan api cinta yang luarbiasa dihati Fahmi dan itu membuat ia semakin semangat dalam merampungkan pendidikannya namun kebahagiaan yang ia dapati tidak lagi ia rasakan ketika empat bulan kemudian Kiyai Arselan medatangi Fahmi di Madinah dan memintanya untuk menceraikan Nuzula tanpa memberi alasan yang jelas pada Fahmi.Haltersebut membuat hati Fahmi terasa tersayat dan kecewa yang mendalam,sempat terbesit dalam pikiran Fahmi hidup bersama dalam satu atap saja belum kenapa mertuanya bisa memvonis bahwa Fahmi tidak akan bisa hidup bahagia dengan Nuzula padahal Allah sangat membenci perceraian sekalipun cerai tidak diharamkan dalam agama. Dan Kiyai Arselan pasti tahu betul hal tersebut.
Kekecewaan bercampur rasa sedih yang semakin memuncak seakan tidak bisa dipadamkan dihati Fahmi sehingga membuatnya teringat kisah nabi Ya’qub pada puncak kesedihannya Beliau hanya bisa sabar dan mengadu pada Allah sebagai jalan yang terbaik dan ia memutuskan untuk mengadukan kesedihannya hanya pada Allah hingga Fahmi jatuh sakit bahkan nyaris sekarat memikirkan Nuzula namun ditengah kesedihannya itu sahabat – sahabatnya seperti Ali,Hamza dan Subki memberi saran dan jalan keluar agar Fahmi melupakan masalah yang belum jelas kebenaranya dan agar tidak larut dalam kesedihan,setelah sembuh mereka meminta supaya Fahmi ikut Hamzah pulang ke tanah airnya Turki selama tiga bulan dan menghabiskan liburannya di Turki dengan menelusuri dan mengunjungi jejak hidup ulama’ besar islam Badiuzzaman Said Nursi.
Pada setiap kunjungan ke tempat – tempat sejarah Hamzah menceritakan kisah hidup Badiuzzaman dengan jelas dan rinci.Dikatakan oleh Hamzah bahwa Badiuzzaman Said Nursi adalah sosok pemimpin dan ulama’ yang sangat cinta terhadap sejarah perjuangan Nabi Muhammad dan sangat bersungguh dalam beribadah menghadap Ilahi, tegas dalam menegakkan hukum Quran, jujur dalam berkata. Selain itu daya ingat yang kuat yang tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya terlihat sejak usia dini dan terbukti saat usianya yang masih 15 tahun Said Nursi berhasil mengkhatamkan , memahami dan menghafal 80 kitab besar kelas berat dalam kurun waktu 3 bulan, yang pada umumnya kitab – kitab itu dapat diselesaikan pembelajarannya selama ± 15 tahun oleh ulama’ senior lainnya. Ketajaman daya ingat dan daya analisinya yang sangat baik membuat orang disekitarnya meras iri dengan Said Nursi tak jarang dari mereka mengganggunya sehingga membuat Said harus pindah belajar dari satu majelis ke majelis lainnya.
Hingga disuatu ketika Said Nursi merasa tidak setuju dengan pandangan rezim di Turki yang menerapkan sekular cara Eropa dimana-mana dan memadamkan cahaya tauhid dan Alquran di hati masyarakat Turki agar Turki dapat dijadikan Negara sekular seperti halnya Eropa. Sekular yang diterapkan mulai dari dilarangnya berkunjung ke makam para wali , dilarangnya penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa sehari-hari, sebagian masjid di Turki ditutup, larangan adzan dan iqamat menggunakan bahasa Arab dan kesekularan itu memuncak dengan dihapuskannya bahasa Arab sebagai bahasa asli Alquran dan dijadikannya masjid Aya Sofia di Turki sebagai museum.
Keadaan yang menimpa umat islam pada saat itu sungguh luar biasa gelapnya namun Badiuzzaman Said Nursi berjuang dengan kekuatan ruhani yang beliau sebut dengan pedang kemukjizatan yang tidak tampak dengan menulis Risalah Nur,melalui surat-surat cahaya itu yang memancarkan cahaya Alquran dengan tiada pernah lelah dan letih walau beliau berada dalam penjara tetap tidak menjadi penghalang baginya untuk menyalakan cahaya Alquran yang nyaris dikubur oleh rezim sekular bahkan beliau berusaha menulisnya di bungkus rokok bekas sipir penjara dan dilempar keluar jendela penjara untuk diberikan pada muridnya yang setia menunggu diluar,beliau juga sering menghabiskan waktunya dalam penjara untuk terus berdzikir dan bermunajat kepada Allah,beliau juga terus menulis Risalah Nur dan oleh murid-muridnya tulisan itu disebar luaskan keseluruh penduduk Turki dan dicetak ulang bahkan dikumpulkan menjadi buku yang berjilid-jilid besar,ditengah kegelapan cahaya Alquran yang nyaris dipadamkan oleh para rezim sekular yang mengaku islam namun sangat membenci islam namun Said Nursi berjuang untuk menyalakan kembali cahaya tersebut melalui tulisannya Risalah Nur yang menjelaskan tentang ayat-ayat dari Alquran.
Meskipun dalam usahanya membuat beliau harus terus menerus disiksa dipenjara dan diasingkan dari satu tempat ketempat lain selama ±25 tahun namun itu tidak menggoyahkan semangatnya dalam menyelamatkan umat islam khususnya generus Islam Turki untuk mendapatkan kembali pedomannya Alquran dan atas ridho dan ilham dari Allah cahaya Alquran yang Agung yang akan tetap menyala sepanjang zaman dan tidak dibiarkan padam begitu saja walaupun dengan siksaan dan pengasingan yang dirasakan Said Nursi bahkan membuat cahaya tauhid dari Alquran semakin menyala terang ditengah kegelapan.
Didalam novel ini masih ditemukan beberapa kesalahan dalam penulisan kata khususnya untuk bahasa Arab untuk dipahami oleh pembaca yang masih awam menjadi salah penafsiran dan masih ditemukan pula beberapa dialog berbahasa Arab yang tidak disertai dengan catatan kaki yang menjelaskan arti dan sumber istilah yang dimaksud pengarang sehingga hal ini sedikit membuat janggal bagi pembaca karena kurang paham dengan maksud penceritaan pengarang.Namun terselipnya sedikit kesalahan dalam penulisan merupakan kesalahan yang wajar namun hal tersebut tidak boleh dianggap ringan karena dapat membingungkan pembaca.
Disisi lain dari novel ini banyak sekali amanat dan hikmah yang bisa didapat oleh pembaca mulai dari mendapatkan semangat dalam menuntut ilmu dimanapun itu majelis ta’limnya berada,semangat untuk membela agama,meningkat dalam beribadah,semakin khusu’ dalam beribadah,pengetahuan tentang tarikh (sejarah) perjuangan para mujadid (pemimpin) dalam memperjuangkan keberadaan agama Islam dan kobaran semangat mereka dalam berperang melawan musuh yang berusaha menyingkirkan para pemimpin dan ulama’ islam agar agama Islam binasa dan para rezim sekular Eropa bisa berbuat bebas seperti sebelum datangnya Islam kala keadaan gelap gulita tanpa pedoman Al-Quran yang menjadi panutan dan penuh aturan.
Baca juga : Dilan 1990 - Pidi Baiq
Membaca novel ini ada 2 manfaat yang dapat diperoleh yaitu pengetahuan tentang sejarah ulama’ – ulama’ besar islam dan mendapat pelajaran tentang pentingnya perjuangan dalam menegakkan syari’at Alquran walau harus menempuh banyak rintangan namun itulah prinsip yang seharusnya dianut oleh semua umat manusia, karena ilmu modern tentang bidang apapun didapat dari sumber yang satu dan peoman itu akan tetap menyalakan penerangan budi pekerti yang luhur sampai akhir zaman yaitu Alquran.Membaca novel ini mungkin memerlukan waktu yang cukup panjang agar isi cerita dan sejarah didalamnya dapat dipahami dengan baik,namun disisi pembaca yang suka kebut dalam membaca mungkin membutuhkan waktu yang singkat untuk membacanya namun pelajaran dan hikmah dalam novel ini sangatlah sayang apabila dibaca sekilas tanpa pemahaman yang mendalam,untuk itu lebih baik membaca dengan tenang dan penuh pemahaman agar hikmah dapat kita petik daripada membaca sekilas tanpa paham hikmah yang didapat.Novel ini sangat cocok dibaca oleh pembaca dari kalangan masyarakat manapun mulai dari remaja,dewasa hingga lansia karena cerita dan sejarah yang dihubungkan dapat dicerna dengan mudah.
Selamat membaca!***
Komentar