A Confession - Leo Tolstoy

A Confession

PEI A Confession


Seberapa pentingkah sebuah pengakuan, sama seperti seberapa perlunya kita untuk jujur bahwa kita sedang lapar sebelum mendapatkan makanan.


Setelah sekian lama, saya berusaha mengerti apa isi bukunya, pada akhirnya saya beranikan diri untuk mulai menuliskannya, sejarah hidup seorang Leo Tolstoy -sastrawan, filusuf dan pemikir moral paling berpengaruh dari tanah Tsar-. Dia yang mempunyai sejarah panjang dinamika pemikiran spiritual, membuat saya secara pribadi, mempunyai pandangan yang lebih dalam dan bermakana tentang filsafat dan pemikiran moral individual dari yang selama ini ada. Inilah kenapa saya menikmati waktu membaca tulisan-tulisan Toltoy, sebab dari sana, saya menemukan banyak hikmah.
Dia,Leo Tolstoy lahir di abad ke 19, di saat Rusia berada dalam kekuasaan Tsar. Ia terlahir di keluarga kaya dan dibesarkan dalam keyakinan Kristen Ortodok. Terlahir dan besar di lingkungan yang nyaris diinginkan semua orang pada masa itu justru membawanya pada pencarian yang hebat tentang Tuhan dan makna hidup. Mulai dari kehidupan mudanya yang nista, krisis kepercayaan terhdapa keberadaan tuhan, depresi, lari dan akhirnya membawanya pada puncak pemikiran tentang makna hidup menjadikan ia penulis yang ide-idenya tak hanya besar di kala itu maupun sekarang namun juga memberikan pemahaman baru tentang bahasa sastra yang membimbing.
Disini, saya tak akan bercerita tentang kehidupannya karena cerita hidupnya hanya dapat dibagi menjadi tiga bagian penting. Amoralitas, pelarian dan spritualitas. Maka, disini saya akan mengutip beberapa tulisannya pada berbagai fase hidupnya, karena dari situlah, saya mrasa lebih dekat dengan hidupnya.
Semuanya berawal ketika pada usia 18 tahun ia meninggalkan kuliahnya dan menjadi tak percaya pada apapun yang pernah diajarkan.
“Menilai berdasarkan memori tertentu, aku tak pernah benar-benar percaya, namun mengandalkan belaka pada apa yang telah diajarkan dan pada apa yang dinyatakan orang-orang dewasa di sekitarku. Dan kepercayaan itu sangat tak stabil.
Krisis itu membawanya pada sebuah kehidupan anti kepercayaan sekalipun ia masih mempercayai keberadaan Tuhan. Kemudian ia tumbuh menjadi pemuda yang sesuai dengan zamannya, seperti yang telah ia tulis
” Aku tak bisa memikirkan tahun-yahun itu tanpa kengerian, kemuakan sekaligus kepiluan. Aku telah membunuh banyak lelaki dalam perang dan menantang banyak lelaki berduel untuk membunuh mereka. Aku kalah dalam permainan kartu, memeras tenaga petani, menjatuhkan mereka ke dalam hukuman, hidup bebas dan menipu orang. Berdusta, merampok, berzina, mabuk-mabukan,membunuh dan lainnya-tidak satupunb kejahatan yang tak kulakukan. Terhadap semua itu, orang-orangbmemuji perilakuku dan mereka yang sezamanku dianggap dan menganggapku sebagai orang yang termasuk bermoral. Begitulah aku hidup selama 10 tahun.”
Dia mengahbiskan hidup seperti itu hingga akhirnya menikah dan mempunyai anak. Kehidupannya kemudian berubah. Menjadi seorang pengajar dan penulis untuk tujuan mencapai ketenaran. Pada masa itu ia hidup berpindah-pindah, menemui para petani miskin, mengajar budak-budak, dan kemudian memulai fase kebingungan dalam pikiran dan hidupnya. Disinilah ia mulai mecari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kehidupan. Tak jarang ia justru menemukan jawaban yang semakin membingungkan hingga membawanya pada keinginan untuk bunuh diri. Beruntung, sebelum bunuh diri, ia bertemu dengan kisah Sulaiman dan Sidharta.
Hingga kemudian perlahan-perlahan ia mulai menemukan jawaban atas pertanyaa-pertanyaannya. katanya
” Dalam cara apapun kuajukan pertanyaan, relasi itu muncul dalam jawaban. Bagaimana aku hidup? Menurut hukum Tuhan. Apa hasil nyata yang akan terjadi dalam hidupku? Siksaan abadi atau kebahagiaan abadi. Apa makna milik kehidupan yang tak dihancurkan kematian? Bersatu dengan Tuhan yang abadi: surga.” (Jujur, saya paling menyukai bagian ini. Ada kemungkinan konsep ini muncul setelah interaksinya dengan beberapa syeikh di daerah yang pernah ia kunjungi).
“Jadi selain pengetahuan rasional, yang bagiku tampaknya merupakan satu-satunya pengetahuan, tak bisa dielakkan aku sampai pada pengakuan bahwa seluruh umat manusia yang hidup memiliki pengetahuan irasional- iman yang memungkinkan untuk hidup.”
“Iman telah memberikan makna pada kehidupan dan membuat hidup mungkin.”
“Iman adalah kekuatan hidup. Jika seorang manusia hidup, ia percaya pada sesuatu. Jika ia tak percaya bahwa orang harus hidup untuk sesuatu, ia tak kan hidup. Jika ia tak melihat dan tak mengakui sifat menyesatkan dari yang terbatas itu, ia percaya pada yang terbatas itu. Jika ia memahami sifat menyesatkan dari yang terbatas itu,ia harus percaya pada yang tak terbatas. Tanpa iman, ia tak bisa hidup.”
Sedikit demi sedikit, Tolstoy mulai menemukan kekuatan hidup yang ia sebut sebagai iman terlepas dari keengganannya untuk berlaku secara ritual. Dan inilah yang membuat ia kemudian berpikir mengenai moral dan filsafat. Sehingga dari bahasa ceritanya yang sederhana, kita bisa mendapati kedalaman pikran yang memeprjelas apa yang selama ini tersembunyi.

Baca juga : Rumah Tangga yang Bahagia - Leo Tolstoy
Inilah, kenapa, saya begitu menikmati saat-saat bersamanya, bersama karya Lev Nikolayevich Tolstoy. ( dinarulfi )


PEI download


Selamat membaca!***




Komentar

Popular Post

Dunia Kafka karya Haruki Murakami

A Man Called Ove - Fredrik Beckman

Nagasasra dan Sabuk Inten - SH Mintardja