Furinkazan - Yasushi Inoue
Furinkazan - Yasushi Inoue
Resensi :
Baca juga : Hilanglah si Anak Hilang - Nadjah Djamin
Selamat membaca!***
Fūrinkazan secara harafiah berarti “Angin, Hutan, Api, Gunung”, merupakan panji-panji strategi yang diusung oleh Takeda Shingen, seorang daimyo besar dari Kai yang hidup pada jaman Sengoku (Sengoku Jidai). Buku Furin Kazan bercerita tentang implementasi strategi ini ditangan Yamamoto Kansuke, salah seorang penasihat militer Takeda Shingen.
Melihat cover buku bergambar samurai dan memuat nama besar Takeda Shingen beserta musuh bebuyutannya, Uesugi Kenshin Kagetora, saya berharap buku ini memiliki kualitas setara dengan Taiko atau Musashi-nya Eiji Yoshikawa. Apalagi penulisnya-Yasushi Inoue-memiliki nama besar sebagai pengarang yang serius dalam mengadaptasi cerita berlatar belakang sejarah turut mendukung harapan saya. Namun ternyata harapan tinggal harapan, buku ini bisa dibilang “sangat jelek” dan tidak saya rekomendasikan untuk dibaca. Pendek kata, saya menyesal buku ini.
Saya tidak tahu apakah memang buku aslinya dangkal atau tidak, namun hasil terjemahan bahasa Indonesianya sangat jauh dari memuaskan. Ceritanya terputus-putus tanpa penjelasan, Takeda Shingen jadi tergambar seperti jenderal bodoh yang selalu menuruti saran dari Kansuke, padahal Shingen adalah salah satu jenderal besar yang ditakuti dimasanya dan terkenal sebagai ahli strategi brilian.
Tak ada penjelasan runtut mengapa Kansuke tiba-tiba membunuh teman konspirasinya dibab pertama, kemudian mengapa tiba-tiba ia mencelat menjadi orang kepercayaan Shingen, mengapa ia tiba-tiba sangat mendukung Puteri Ryuu dan anaknya Takeda Katsuyori (yang akan menjadi penerus Shingen).
Kisah tambah tidak karuan saat dibab akhir Kansuke menemui ajal saat pertempuran Kawanakajima melawan pasukan Echigo Uesugi Kenshin. Kisah kematiannyapun relatif tidak seindah kematian para samurai yang biasanya digambarkan cukup romantis.(vavai)
Selamat membaca!***
Komentar