Postingan

Badai Laut Selatan - Asmaraman S Kho Ping Hoo

Gambar
Badai Laut Selatan Oleh : Asmaraman S Kho Ping Hoo Badai Laut Selatan merupakan cerita silat karya Kho Ping Hoo yang diterbitkan di Solo oleh penerbit Gema, tahun 1969. Format buku dibuat dalam ukuran mini-saku, sebanyak 39 jilid, jenis kertas stensil/koran, ukuran 10 x 13 cm, tiap volume/jilid berjumlah 64 halaman. Oplah buku itu sekitar 12.500 eksemplar. Dalam cerita tersebut tidak ada pembagian bab sebagaimana dikenal pada cerita-cerita panjang lainnya. Perpindahan peristiwa dapt diketahui lewat kalimat-kalimat pengantar, seperti Sementara itu, Kita tinggalkan dulu ..., Sang Waktu melesat cepat sehingga tanpa disadari ..., langsung pelukisan peristiwa, atau lewat hadirnya tiga tanda baca asteris (***). Kho Ping Hoo menghasilkan dua jenis cerita silat, yaitu cerita silat Indonesia/Jawa dan cerita silat Cina. Badai Laut Selatan termasuk dalam kategori cerita silat (sejarah) Indonesia/Jawa. Cerita itu bertemakan hancurnya kejahatan oleh kebajikan yang dijabarkan ke dalam

Nagasasra dan Sabuk Inten - SH Mintardja

Gambar
Nagasasra dan Sabuk Inten Oleh SH Mintardja buku ceritera silat klasik karangan  S.H. Mintardja . Buku ini diterbitkan pertama kali oleh Badan Penerbit ”Kedaulatan Rakyat” Yogyakarta pada tahun 1966. Sebelumnya kisah ini muncul sebagai cerita bersambung dalam  surat kabar   Kedaulatan Rakyat  (KR) semenjak 13 Agustus 1964 . Isinya bercerita tentang  Mahesa Jenar  yang pergi mengembara mencari  keris pusaka Nagasasra dan Sabuk Inten  yang hilang dari perbendaharaan Istana  Demak . Roman ini memadukan kisah sejarah dengan mitos-mitos yang beredar di masyarakat Jawa . Ringkasan Cerita : Mahesa Jenar pergi mengembara meninggalkan Istana Demak karena perselisihan soal keyakinan agama (Mahesa Jenar adalah murid Syekh Siti Jenar, seperti juga Ki Kebo Kenanga alias Ki Ageng Pengging) dan karena hilangnya pusaka-pusaka Kesultanan Demak, di antaranya keris-keris Kiai Nagasasra dan Kiai Sabukinten. Keris-keris itu ternyata tengah menjadi rebutan tokoh-tokoh golongan hitam,

Damarwulan : Senopati Kerajaan Majapahit - Zuber Usman

Gambar
Damarwulan Senopati Kerajaan Majapahit Pengarang : Zuber Usman Penerbit : Balai Pustaka Halaman : 138 hlm Damarwulan " tokoh legendaris " dalam sastra lisan Jawa Timur telah diangkat penulis menjadi cerita yang menarik. Dengan latar " Kerajaan Majapahit " yang diperintah raja putri Dewi Suhita, Damarwulan sebagai tokoh kebenaran dapat menaklukkan " Menak Jingga ", " Raja Blambangan " yang memberontak terhadap Kerajaan Majapahit.Dalam cerita ini muncul pula tokoh punakawan Sabda Palon dan Naya Genggong pada pihak yang benar serta Dayun pada pihak yang salah yang dapat memberi wama tersendiri dalam khazanah " sastra Indonesia "(perpustakaanbtd). Baca juga : Nagabumi - Seno Gumira Ajidarma Selamat membaca!***

Nagabumi - Seno Gumira Ajidarma

Gambar
Nagabumi - Seno Gumira Ajidarma Jenis Buku Nagabumi ? Buku novel sejarah bersambung pada bagian pertama dan kedua. Latar belakang buku Nagabumi I ? Untuk bagian pertamanya menceritakan tentang kehidupan sepasang pendekar yang selalu membantu pihak lemah, serta memberikan hidup, mengasuh seorang pendekar laki yang bernama Pendekar Tanpa Nama. Semua tempat-tempat sejarah ada diceritakan dalam buku ini, kisah dunia Jawa pada masa kejayaan Hindu-Budha. Perjalanan panjang, pengetahuan dari Gunung Slamet sampai dengan Gunung Lawu. Latar belakang cerita dari Candi Kamulan Bhumisambara sampai dengan Candi Plaosan. Sampul bukunya menceritakan tentang apa ? Cover pada sampul buku, terlihat seorang pendekar dengan ilmu kecepatan tinggi, sedang melompat melatih jurus-jurus maut sakti, sampai tidak terlihat lagi bentuk ilmunya hanya terlihat arsir-arsir garis bayangan dengan tulisan sansekerta dan juga pemandangan alam di ikuti dengan gambar-gambar candi. Sebuah cover sederhana tapi

Senopati Pamungkas - Arswendo Atmowiloto

Gambar
Senopati Pamungkas Senopati Pamungkas  adalah novel karya Arswendo Atmowiloto. Cerita ini sebelumnya pernah dimuat di majalah HAI pada 1984. Dua tahun kemudian, kisah silat itu dijadikan buku. Cetakan pertama terbit pada tahun 1986, cetakan ke-dua pada tahun 1987, dan cetakan ke-tiga pada tahun 1988, sebanyak 25 jilid. Inilah teks yang tertera di sampul belakang buku tersebut: Baginda Raja Sri Kertanegara membawa Keraton Singasari ke puncak kejayaan yang tiada taranya pada awal sejarah keemasan. Pasukan Tartar yang berhasil menaklukkan dunia dipecundangi. Umbul-umbul berlambang singa berkibar ke seberang lautan. Idenya mendirikan Ksatria Pingitan, semacam asrama yang mendidik para prajurit sejak usia dini, menghasilkan banyak ksatria. Di antaranya Upasara Wulung, yang sepanjang usianya dihabiskan di situ. Upasara Wulung terlibat dalam intrik Keraton, perebutan kekuasaan, pengkhianatan, keculasan, terseret arus jago-jago kelas utama: mulai dari Tartar di negeri Cina, Puun Bante

Api di Bukit Menoreh - SH Mintardja

Gambar
 Api di Bukit Menoreh  Api di Bukit Menoreh adalah cerita karya S.H. Mintardja, yang diterbitkan oleh penerbit Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, sebagai cerita bersambung di harian Kedaulatan Rakyat dan juga dalam bentuk buku cetak, antara tahun 1968 – 2002. Cerita ini tidak sempat diselesaikan oleh penulis, yang meninggal pada tahun 1999. Dalam bentuk buku, cerita ini diterbitkan dalam empat seri (seri I – IV), masing-masing seri terdiri dari 100 jilid (kecuali seri IV yang hanya sampai jilid 96), dan setiap bulan diterbitkan satu jilid. Cerita ini berlatar belakang masa berdirinya kerajaan Pajang hingga masa kerajaan Mataram, di wilayah Jawa Tengah. Tokoh-tokoh dalam cerita ini menggabungkan antara tokoh fiksi (Agung Sedayu, Kiai Gringsing, Sekar Mirah, dll) dengan tokoh sejarah dari kalangan istana (Sutawijaya/Panembahan Senopati, Sultan Hadiwijaya, Ki Juru Martani, dll). Baca juga : Tuti Menemukan Jalannya - A Soeroto Seniman yang mengerjakan gambar sampul buku-buk

Tuti Menemukan Jalannya - A Soeroto

Gambar
Tuti Menemukan Jalannya - A Soeroto Detail Buku: Judul: Tuti Menemukan Jalannya Penulis: A. Soeroto Penerbit: Balai Pustaka ISBN: Anak yang cacat biasanya memiliki perasaan yang peka. la mudah tersinggung, emosinya lekas meluap. Karena itu anak semacam ini membutuhkan bimbingan yang khusus dan memerlukan kesabaran serta kasih sayang. Di dalam buku Tuti Menemukan ]alannya, karangan A.Soeroto ini, dikisahkan tentang seorang anak cacat kaki. Ayah ibunya dengan sabar dan penuh kelembutan membimbing putrinya. Akhirnya anak tersebut dapat berhasil mengatasi perasaan kurangnya sehingga membahagiakan seluruh keluarganya. Baca juga : My Name is Red - Orhan Pamuk Satu ha! yang perlu dicatat di sini adalah, bahwa masih jarang cerita-cerita yang bertemakan anak cacat dengan dunia pengalaman sendiri, Buku ini mudah-mudahan dapat mengisi kekurangan jenis bacaan itu.(bacaan-indo) Selamat membaca!***